DR.
Winantuningtyastiti S., M.Si.
“Pejabat
yang Tidak Merasa jadi Pejabat”
DR. Hj.
Winantuningtyastiti Swasanany, M.Si adalah
pejabat publik yang low-profile atau humble. Butuh waktu lama
untuk meyakinkan bahwa dirinya adalah tokoh publik yang layak dimuat di buku
“100 Tokoh Jawa Tengah”. Tapi, ya itu tadi, dia merasa bukan seorang tokoh
sehingga berkali-kali menolak untuk diwawancarai.
Padahal
dengan jabatannya yang mentereng sebagai Sekretaris Jenderal DPR RI, Bu Win—demikian
dia akrab disapa—sangat layak untuk ditampilkan sebagai Tokoh Jawa Tengah. Dia
sedang menduduki jabatan yang diidam-idamkan oleh jutaan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di Indonesia atau setidaknya sedang berada di puncak karier pegawai
negeri.
Bu
Win sebetulnya merupakan orang yang
menyenangkan. Dia bercerita secara menarik dengan merunut perjalanan hidupnya hingga menduduki kursi Sekjen
DPR RI. Namun
lagi-lagi dia tidak pernah menempatkan jabatan yang didudukinya saat ini
sebagai puncak popularitas yang menempatkan dirinya dalam orbit selebritas.
“Saya
tidak
merasa menjadi pejabat. Saya
bersyukur mendapat amanah (menjadi sekjen DPR RI) ini tapi yang penting dari rasa
syukur itu adalah kita refleksikan dengan kesungguhan dalam bekerja. Bekerja
itu ibadah, wujud dan sekaligus tanggung jawab. Jadi saya kerja saja," ujarnya
merendah.
Setiap
harinya ia berkonsentrasi terhadap beberapa bidang yang menjadi lingkup tugas
dan tanggung jawabnya, antara lain menyiapkan berbagai data dan informasi
sebagai masukan bagi anggota DPR. Selain itu, dia juga mengelola dan
mengembangkan pelayanan informasi melalui jaringan teknologi informasi bagi anggota
DPR dan masyarakat, serta merespon berbagai surat-surat pengaduan masyarakat
yang disampaikan kepada DPR RI melalui Pimpinan DPR.
Tugas ini
tentu tidak mudah, tetapi yang terpenting bagi Bu Win adalah menyenangi
pekerjaan, membangun dan terus menerus memperkuat networking dengan
menyatukan kapasitas yang dimiliki dan terus meningkatkan kualitas dan
kuantitas pekerjaan. “Kalau kita menyenangi apa yang kita kerjakan maka kita
tidak akan pernah merasa berat dalam melakukan pekerjaan tersebut,” ujarnya.
Bu Win sadar
bahwa
program-program untuk kesejahteraan rakyat sudah dialokasikan cukup banyak di
dalam APBN. Namun, buktinya masih banyak pula masyarakat prasejahtera yang
kesulitan untuk se-kedar makan sehari-hari. "Jangan jauh-jauhlah, Anda
jalan saja ke Bintaro, itu masih banyak para
pemulung yang mengais-ngais sampah untuk bertahan hidup. Itu di dekat Ibukota
Iho,” katanya serius.
Wanita bergelar Doktor di Bidang Kebijakan Publik dari
Universitas Indonesia ini merasa bahwa keberpihakan terhadap pengentasan
kemiskinan mutlak dilakukan. Dia menyebutkan, sekalipun angka kemiskinan berkurang
dari tahun ke tahun, jumlah itu masih terbilang besar. "Dan itu mutlak
harus dientaskan," katanya menekankan.
Menyukai Tantangan
Keberadaan Bu Win sepertinya
tidak lepas dari ketertarikannya terhadap angka-angka. Selepas lulus dari
Undip pada tahun 1980, dia
memilih bekerja di Jakarta dan menjadi staf di Biro Pusat Statistik (BPS).
Namun karena ingin lebih
menyesuaikan background pendidikan, maka kurang dari dua tahun kemudian dia memilih sebagai PNS di DPR RI. Meski sempat dilarang oleh
atasannya agar tidak pindah dari BPS, toh Bu Win akhirnya tetap
mengambil kesempatan berkarir di DPR. Dia pun bergabung di Sekretariat Komisi
VI selama beberapa tahun.
Ketika diberi tugas untuk ikut
merintis dan mengembangkan organisasi dengan bergabung ke P3I (sekarang P3DI)
yang menjadi think
tank
di DPR, Bu Win kembali bergulat dengan angka-angka.
"Pekerjaan saya kembali berkutat dengan angka-angka ketika ditempatkan di
Sekretariat BURT dan kemudian sebagai Kepala Biro Perencanaan dan Pengendalian.
Tetapi saya memang menyukai statistik," ujar wanita berkerudung ini
menekankan.
Falsafah hidupnya selama ini
adalah belajar, bekerja dan berdoa (ora et labora). Dia tidak pernah
perpikir akan menjadi apa esok hari. "Dan yang pasti saya selalu
mensyukuri apa yang sudah saya dapatkan," katanya.
Dia memberi pesan untuk selalu belajar dan serius ketika menjalankan pekerjaan. "Kita harus selalu
meningkatkan kapasitas, intelektualitas dan juga kapabilitas kita. Oleh sebab
itu jangan pernah berhenti untuk belajar. Saya malu kalau tidak bisa
meningkatkan intelektualitas karena bekerja di tengah orang-orang pintar,"
ujarnya.
Peran keluarga baginya
sangat penting, karena dari sanalah semua bermuara. Bu Win berfalsafah, jika
seluruh anggota keluarga hidup aman dan nyaman, maka semuanya akan lancar. Dia
pun mengakui, meski mendidik anak-anak dengan disiplin dan menanamkan
kemandirian, tetapi tetap menjaga kedekatan dengan anak-anak, sehingga
kepercayaan dan keterbukaan terus terjaga. “Inilah kunci yang
dipegang untuk menjaga harmonisasi dalam keluarga pakai falsafah layangan,
didorong untuk terbang tinggi, tapi tetap dalam control,” katanya beranalogi. (Hasyim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar