28 Oktober 2017

Profil

DR. Winantuningtyastiti S., M.Si.

Pejabat yang Tidak Merasa jadi Pejabat

            DR. Hj. Winantuningtyastiti Swasanany, M.Si adalah pejabat publik yang low-profile atau humble. Butuh waktu lama untuk meyakinkan bahwa dirinya adalah tokoh publik yang layak dimuat di buku “100 Tokoh Jawa Tengah”. Tapi, ya itu tadi, dia merasa bukan seorang tokoh sehingga berkali-kali menolak untuk diwawancarai.
            Padahal dengan jabatannya yang mentereng sebagai Sekretaris Jenderal DPR RI, Bu Win—demikian dia akrab disapa—sangat layak untuk ditampilkan sebagai Tokoh Jawa Tengah. Dia sedang menduduki jabatan yang diidam-idamkan oleh jutaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia atau setidaknya sedang berada di puncak karier pegawai negeri.

            Bu Win sebetulnya merupakan orang yang menyenangkan. Dia bercerita secara menarik dengan merunut perjalanan hidupnya hingga menduduki kursi Sekjen DPR RI. Namun lagi-lagi dia tidak pernah menempatkan jabatan yang didudukinya saat ini sebagai puncak popularitas yang menempatkan dirinya dalam orbit selebritas.
            “Saya tidak merasa menjadi pejabat. Saya bersyukur mendapat amanah (menjadi sekjen DPR RI) ini tapi yang penting dari rasa syukur itu adalah kita refleksikan dengan kesungguhan dalam bekerja. Bekerja itu ibadah, wujud dan sekaligus tanggung jawab. Jadi saya kerja saja," ujarnya merendah.
Setiap harinya ia berkonsentrasi terhadap beberapa bidang yang menjadi lingkup tugas dan tanggung jawabnya, antara lain menyiapkan berbagai data dan informasi sebagai masukan bagi anggota DPR. Selain itu, dia juga mengelola dan mengembangkan pelayanan informasi melalui jaringan teknologi informasi bagi anggota DPR dan masyarakat, serta merespon berbagai surat-surat pengaduan masyarakat yang disampaikan kepada DPR RI melalui Pimpinan DPR.
Tugas ini tentu tidak mudah, tetapi yang terpenting bagi Bu Win adalah menyenangi pekerjaan, membangun dan terus menerus memperkuat networking dengan menyatukan kapasitas yang dimiliki dan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pekerjaan. “Kalau kita menyenangi apa yang kita kerjakan maka kita tidak akan pernah merasa berat dalam melakukan pekerjaan tersebut,” ujarnya.
Bu Win sadar bahwa program-program untuk kesejahteraan rakyat sudah dialokasikan cukup banyak di dalam APBN. Namun, buktinya masih banyak pula masyarakat prasejahtera yang kesulitan untuk se-kedar makan sehari-hari. "Jangan jauh-jauhlah, Anda jalan saja ke Bintaro, itu masih banyak para pemulung yang mengais-ngais sampah untuk bertahan hidup. Itu di dekat Ibukota Iho,” katanya serius.
Wanita bergelar Doktor di Bidang Kebijakan Publik dari Universitas Indonesia ini merasa bahwa keberpihakan terhadap pengentasan kemiskinan mutlak dilakukan. Dia menyebutkan, sekalipun angka kemiskinan berkurang dari tahun ke tahun, jumlah itu masih terbilang besar. "Dan itu mu­tlak harus dientaskan," katanya menekankan.

Menyukai Tantangan
Keberadaan Bu Win sepertinya tidak lepas dari ketertarikannya ter­hadap angka-angka. Selepas lulus dari Undip pada tahun 1980, dia memilih bekerja di Jakarta dan menjadi staf di Biro Pusat Statistik (BPS).
Namun karena ingin lebih menyesuaikan background pendidikan, maka kurang dari dua tahun kemudian dia memilih sebagai PNS di DPR RI. Meski sempat dilarang oleh atasannya agar tidak pindah dari BPS, toh Bu Win akhirnya tetap mengambil kesempatan berkarir di DPR. Dia pun bergabung di Sekretariat Komisi VI selama beberapa tahun.
Ketika diberi tugas untuk ikut merintis dan mengembangkan organisasi dengan bergabung ke P3I (sekarang P3DI) yang menjadi think tank di DPR, Bu Win kembali bergulat dengan angka-angka. "Pekerjaan saya kembali berkutat dengan angka-angka ketika ditempatkan di Sekretariat BURT dan kemudian sebagai Kepala Biro Perencanaan dan Pengendalian. Tetapi saya memang menyukai statistik," ujar wanita berkerudung ini menekankan.
Falsafah hidupnya selama ini adalah belajar, bekerja dan berdoa (ora et labora). Dia tidak pernah perpikir akan menjadi apa esok hari. "Dan yang pasti saya selalu mensyukuri apa yang sudah saya dapatkan," katanya.
Dia memberi pesan untuk selalu belajar dan serius ketika menjalankan pekerjaan. "Kita harus selalu meningkatkan kapasitas, intelektualitas dan juga kapabilitas kita. Oleh sebab itu jangan pernah berhenti untuk belajar. Saya malu kalau tidak bisa meningkatkan intelektualitas karena bekerja di tengah orang-orang pintar," ujarnya.
Peran keluarga baginya sangat penting, karena dari sanalah semua bermuara. Bu Win berfalsafah, jika seluruh anggota keluarga hidup aman dan nyaman, maka semuanya akan lancar. Dia pun mengakui, meski mendidik anak-anak dengan disiplin dan menanamkan kemandirian, tetapi tetap menjaga kedekatan dengan anak-anak, sehingga kepercayaan dan keterbukaan terus terjaga. “Inilah kunci yang dipegang untuk menjaga harmonisasi dalam keluarga pakai falsafah layangan, didorong untuk terbang tinggi, tapi tetap dalam control,” katanya beranalogi. (Hasyim)

Tidak ada komentar: