"The Last Magic on Earth"
Menyembul dari dasar laut menyerupai pegunungan karang berselimutkan rumput hijau, gugusan pulau di wilayah Labuan Bajo menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Pesona alam yang sulit ditemukan di kepulauan lain di Nusantara ini menjadikan Labuan Bajo sebagai kawasan destinasi wisata prioritas di Indonesia.
Apalagi, di kawasan Laboan Bajo juga terdapat Taman Nasional Komodo (TNK), yang menjadi tempat berkembang-biaknya spesies purba, komodo. Di gugusan pulau-pulau besar di kawasan Labuan Bajo inilah komodo dilepas-liarkan dan menjadi pemandangan spektakuler bagi para wisatawan yang menyaksikannya.
Ada beberapa pulau besar yang menjadi habitat berkembang-biaknya komodo, seperti Pulau Rinca, Pulau Padar dan tentu saja Pulau Komodo sendiri. Pulau-pulau ini berkerumun mengitari Kepulauan Flores, yang masuk ke wilayah Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Untuk menuju Labuan Bajo cukup mudah. Akses transportasi udara langsung (direct flight) menuju Bandar Udara (Bandara) Komodo di Labuan Bajo sangat banyak, baik dari Jakarta maupun kota-kota besar lain di Indonesia. Dan begitu mendarat di Bandara Komodo, Anda akan disuguhi tulisan “Take a Part to Protect the Last Magic on Earth”, atau bagian dari kampanye melindungi komodo sebagai keajaiban terakhir di dunia.
Komodo memang merupakan satu-satunya spesies purba yang masih bisa berkembang biak secara bebas di Indonesia, bahkan dunia. Taman Nasional Komodo telah menjadi situs warisan dunia UNESCO, organisasi internasional PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Dari Bandara Komodo Labuan Bajo menuju Pulau Komodo, akses yang disediakan hanya via laut, bisa menggunakan speedboat atau kapal Phinisi. Perjalanan menggunakan speedboat lebih cepat, yakni sekitar 1jam, sementara menggunakan kapal Phinisi bisa mencapai dua kali lipatnya.
Tapi jangan khawatir, sepanjang perjalanan menuju Pulau Komodo Anda akan mendapatkan pemandangan yang indah dan menakjubkan, yakni gugusan pulau hijau berlekuk-liku eksotis dengan hamparan laut yang bersih, menawan dan tenang. Cocok sekali untuk melepas kepenatan.
Begitu sampai di dermaga Taman Nasional Komodo, pemandangan alamnya tidak kalah ciamik. Dasar laut yang terlihat jernih dengan terumbu-terumbu karang dan ikan yang berwarna-warni menambah dorongan untuk bisa menyelam ke dalam laut baik sekadar diving atau snorkeling.
Bagi yang tidak suka menyelam, Anda bisa langsung melanjutkan petualangan menyusuri Pulau Komodo. Setelah mendaftar dan membayar retribusi untuk mendapatkan pengawalan dari tour guide, Anda akan diberi pilihan untuk menapaki jalur pendek (short track), medium track atau long track.
Jalur pendek adalah track untuk berjalan kaki menyusuri Pulau Komodo dengan jarak yang pendek, yakni sekitar 1 kilometer. Sedangkan medium track bisa mencapai 5 kilometer dan long track mencapai 10 kilometer. Tapi mau memilih jalur manapun tidak ada jaminan bisa menemui komodo di track yang dilalui sebab mereka ini dilepas-liarkan di alam bebas sehingga tergantung keberuntungan pula untuk bisa memergoki mereka di jalan.
Beruntung, kami yang berkunjung ke TNK pada pertengahan Februari 2023 dan dipandu oleh seorang ranger—sebutan untuk pemandu wisata di sana—berhasil memergoki beberapa ekor komodo yang melintas di jalan, meskipun ukurannya terbilang sedang. Bahkan kami juga sempat ditunjuki gundukan tanah di sudut hutan yang menjadi tempat induk komodo menguburkan telur-telurnya.
Komodo dewasa memiliki panjang sekitar 3 meter dengan usia hidup mencapai 50 tahun. Setiap induk komodo dapat menghasilkan 30 telur dalam setiap kali melahirkan, namun dari jumlah itu hanya sekitar 5 telur yang bisa menetas. Itu pun kadang dimangsa lagi oleh komodo besar yang tergolong hewan kanibal. Jumlah komodo di TNK diperkirakan sekitar 1.000 ekor.
Setelah melewati track yang menembus hutan, melintasi sungai dan rawa, ujung dari petualangan darat ini berakhir di pinggir pantai lagi. Rupanya ketika matahari mulai meninggi, banyak komodo yang memilih berjemur di pantai. Dan ini menjadi kesempatan berharga bagi para wisatawan untuk berfoto bersama komodo. Terpenting selalu didampingi ranger—yang senantiasa membawa tongkat berbentuk “Y” sebagai alat untuk melawan apabila komodo menyerang—agar berfoto bersama komodo bisa berjalan dengan aman dan nyaman.
Di ujung pantai ini juga terdapat tempat penjualan souvenir berupa pakaian, songket, kaos, pernak-pernik seperti gantungan kunci dan tempelan kulkas, sampai miniatur komodo yang terbuat dari kayu. Harganya relatif terjangkau dan bisa menjadi kenang-kenangan pernah menginjakkan kaki di Pulau Komodo.
Selepas mengitari pulau komodo, perjalanan selanjutnya yang bisa dilakukan adalah melompati pulau atau hopping islands. Ada banyak pulau-pulau besar yang bisa disinggahi, seperti Pulau Padar, Pulau Rinca, Pulau Kelor atau sekadar berenang di pantai merah jambu (pink beach), yang sebetulnya sudah tidak pink lagi.
Tapi mayoritas wisatawan memilih untuk merapat ke Pulau Padar. Pulau ini merupakan gugusan kepulauan yang paling diidamkan karena memberikan petualangan yang menantang, yakni memanjat 815 anak tangga yang terjal, licin dan berkelok, namun menawarkan pemandangan alam yang sempurna.
Di atas puncak Pulau Padar, Anda akan bisa memotret secara lengkap gugusan pulau-pulau indah di seputar Labuan Bajo. Bahkan bentuk Pulau Padar juga sangat eksotis, yakni meliputi beberapa perbukitan hijau yang segar serta cekungan pulau yang menjadi dermaga bagi kapal-kapal yang bersandar. Ditambah langit berwarna biru terang maka segala kelelahan untuk mencapai puncak itu lunas terbayar!
Petualangan ke Labuan Bajo akan memberikan kepuasan untuk menikmati keindahan alam. Tapi ada juga catatannya, yakni sinyal telepon di kawasan ini mendadak hilang (blank) atau sangat lemah (weak). Agak mengesalkan juga sebab setelah potrat-potret sepuas hati tetapi tidak bisa langsung di-upload di medsos lantaran sinyalnya mati.
Bukan cuma itu, yang juga rada menjengkelkan adalah barisan bocah-bocah cilik yang menawarkan aneka souvernir di kawasan TNK dengan cara-cara memaksa atau menjual-jual derita. Dengan alasan buat makan atau bayar sekolah, mereka—memang tidak semua—terus memepet setiap wisatawan sampai naik ke kapal. Cukup memalukan sekaligus memilukan. Cag!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar