H. Mahyudin, ST., MM:
“Tidak Ada Pesta yang Tidak Berakhir”
Alkisah di negeri Mesir, seorang
raja bermimpi menemukan 7 tangkai padi yang penuh berisi dan kemudian menemukan
lagi 7 tangkai padi yang hampa tanpa isi. Sang raja menyerukan kepada hulu balangnya
untuk mencarikan seorang penafsir mimpi. Setelah di cari ke sana ke mari,
ditemukanlah seorang pemuda bernama Yusuf yang sedang di penjara untuk dibawa
ke istana.
Kepada sang raja, pemuda bernama
Yusuf ini menafsirkan bahwa mimpi raja itu berarti negeri Mesir selama 7 tahun
berturut-turut akan mengalami kemakmuran yang luar biasa tapi 7 tahun kemudian
akan mengalami paceklik yang luar biasa. Maka itu sang raja pun secara bijak
mengelola kemakmuran selama 7 tahun untuk dapat bertahan pada saat 7 tahun
mengalami kemiskinan. Pemuda tadi, yang belakangan diketahui sebagai Nabi
Yusuf, akhirnya diserahi tugas sebagai Menteri Pangan. Negeri itu pun lolos
dari kelaparan.
Kisah ini tidak dituturkan oleh
seorang ustad atau kyai, tetapi disampaikan oleh Wakil Ketua MPR RI H.
Mahyudin, ST., MM. Mantan Ketua DPP Golkar bidang Organisasi ini juga tidak
sedang berdakwah, melainkan tengah mendiskusikan soal pengembangan sumber daya
alam (SDA) Indonesia dari perspektif agamis. “Itu al-Qur’an lho yang
mengajari, bukan saya,” kata pimpinan MPR berusia 44 tahun ini.
Benang merah dari kisah yang
dinukilkan oleh legislator dari daerah pemilihan Kalimantan Timur ini adalah
pentingnya berhemat alias menjauhi gaya hidup foya-foya. Ketika makmur, harus
ingat saat miskin. “Karena tidak ada pesta yang tidak berakhir,” ujarnya sarat
makna.
Dalam konteks kenegaraan, mantan
anggota Komisi I DPR RI ini mengingatkan bahwa tidak selamanya negara akan
mengalami kemakmuran. Makanya ketika sebuah negara mengalami kemakmuran, mereka
harus berpikir bahwa satu saat mereka mengalami kekurangan. “Termasuk
Indonesia. Tidak selamanya Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA). Apalagi
sumber daya alam yang berbasis fosil, itu pasti habis,” ujarnya.
Oleh sebab itu, dia menyarankan untuk segera dipikirkan
langkah-langkah ke depan. Misalnya bagaimana mengatasi apabila sumber daya minyak
atau batubara di Indonesia habis. “Itulah makanya Indonesia ke depan harus bisa
membangun sumber daya manusia (SDM) yang memiliki daya saing. Itu kuncinya,” katanya
mengingatkan.
Dia juga menceritakan, ketika harga batubara selama puluhan tahun
naik, banyak pengusaha yang kaya raya. Tetapi begitu harganya anjlok, mereka bangkrut
semua. Itu menunjukkan bahwa usaha penambangan batubara ini tidak dikelola dengan
manajemen yang baik. “Dan ini juga berlaku bagi pemerintah dalam mengelola
sumber daya alam,” ujarnya sembari menukil sebait ayat Qur’an yang artinya
“janganlah menjadi orang yang merugi.” (Hasyim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar