“Saya Dua Kali Mimpi Jadi Menteri”
“Pernahkah Anda bermimpi menjadi Menteri?” Pertanyaan ringan yang
sekadar ditanyakan untuk mengisi kekosongan waktu wawancara seperti itu
biasanya jarang ditanggapi dengan sungguh-sungguh. Orang yang ditanya begitu
biasanya memilih menolak menjawab atau menggelengkan kepala sambil
menyunggingkan senyum, kadang berpura-pura menjawab tetapi bukan yang
sebenarnya.
“Kalau saya bermimpi dua kali
menjadi menteri,” jawab Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia DR. Yasonna
H. Laoly, SH., M.Sc. dengan mimik muka serius. “Ini benar-benar terjadi. Saya
bermimpi dua kali menjadi menteri dalam satu malam,” ujarnya dengan raut wajah
yang ekspresif.
Suasana wawancara di ruangan kerja
Menkumham itu pun menjadi hening. Sang menteri mencoba memutar lagi ingatannya
selama beberapa detik dan seperti yang sudah diduga mimpi itu ternyata bukan
sekadar “bunga tidur” tetapi menjadi kenyataan dengan dilantiknya dia sebagai
Menkumham pada 27 Oktober 2014 di Istana Negara.
“Seminggu sebelum diumumkan sebagai
menteri dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK, saya bermimpi menjadi menteri,” ujarnya mengisahkan.
Pada saat tidur, dia diangkat menjadi seorang menteri, namun lupa lagi bidangnya.
Dia bahagia bukan main. Namun tiba-tiba terbangun. Apakah dia menyesal? “Tidak.
Terus terang saja saya bahagia, dan tidak menyesal meskipun itu hanya mimpi.”
Setelah mengetahui jabatannya
sebagai menteri hanya di dalam mimpi, mantan anggota Komisi III DPR RI ini
melanjutkan lagi tidurnya. “Tapi mimpi jadi menteri lagi! Itu yang mimpi yang
kedua kalinya dalam satu malam!” ujarnya girang. Begitu terbangun lagi dan
menyadari jabatan menterinya itu lagi-lagi hanya mimpi, pria kelahiran Sorkam,
Tapanuli Tengah 27 Mei 1953 ini juga tidak merasa ada yang perlu diratapi.
Meski diakuinya, begitu mimpi itu
diceritakan kepada istrinya, Elisye Widya Ketaren, sang istri tidak percaya.
Namun setelah mimpi ini disampaikan kepada sahabat-sahabatnya, kebanyakan
mendukung dan berujar: “Mudah-mudahan, bang!”
Singkat cerita, sekitar tiga atau
empat hari kemudian, datang SMS dari Ketua DPP PDIP Puan Maharani, yang juga
putri Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Dalam SMS itu Puan menginformasikan bahwa
nama Yasonna Laoly masuk dalam daftar yang diajukan oleh Megawati kepada
Presiden Jokowi sebagai bakal calon menterinya.
Yasonna tidak tahu apakah ada
korelasi antara mimpinya dengan SMS yang barusan didapatkannya. Dia tidak bisa
menceritakan SMS itu kepada teman-temannya karena Puan di ujung pesannya
menulis kata: “Tapi diam saja dulu, jangan banyak bicara.”
Dia lantas menerawang pada saat khaul terakhir almarhum Taufik
Kiemas di rumah Megawati, Juni silam. Pada saat bersalaman, Yasonna langsung
melaporkan kepada Megawati bahwa dirinya tidak terpilih sebagai anggota DPR RI
pada Pileg 9 April silam. Namun Megawati berujar: “Tapi kamu tetap harus
bekerja untuk partai ya?” kata Megawati yang dijawab, “Sebagai petugas partai
saya siap.”
Waktu bergulir dan tenggat waktu pengumuman Kabinet Kerja Jokowi-JK
semakin dekat. Yasonna kembali mendapat SMS dari Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo
bahwa dirinya masuk radar kabinet dan jangan dulu muncul di media. Celakanya,
waktu mendapat SMS itu Yasonna sedang bersiap mengikuti talkshow soal
kabinet di sebuah televisi swasta bersama analis politik Efenddy Ghazali dan
Mohammad Khudori.
“Saya benar-benar bingung. Bagaimana
saya bisa mengelak karena saya sudah pasang ear-phone dan sudah di-make
up untuk mengikuti talkshow itu. Terpaksa saya katakan, mohon maaf
saya ada tugas mendadak dari sekjen partai kami jadi saya mohon pamit karena
saya harus meninggalkan tempat ini segera,” ujarnya.
Apa yang diimpikan Yasonna
benar-benar terwujud dua hari kemudian. Seorang staf Rumah Tangga Kepresidenan
menelpon kepada dirinya untuk datang ke Istana. Dia pun datang secara
sembunyi-sembunyi ke Istana melalui pintu belakang. Namun rupanya di Istana
sudah dipenuhi wartawan, jadi lewat manapun pasti bertemu wartawan. Akhirnya muncullah
nama Yasonna dalam bursa calon menteri, seperti ditulis dalam running text
siaran televisi swasta.
Saat diwawancarai Jokowi, Yasonna
menjelaskan apa adanya tentang latar belakang pendidikannya, termasuk
kirprahnya dari mulai DPRD hingga DPR RI. Dia mengaku tidak ingin terbebani
sehingga menjelaskan apa adanya saja dan menyerahkan sepenuhnya pengangkatan
menteri kepada Presiden Jokowi.
Besok harinya atau hari Minggu pagi
26 Oktober 2014, Yasonna kembali ditelepon oleh staf Kepresiden untuk mengambil
baju yang akan dikenakan olehnya pada acara pengumuman kabinet. Yasonna lantas
mengutus menantunya untuk mengambil baju dimaksud.
Sesampai di rumah, menantunya sempat
bertanya kepada dirinya apakah benar Istana hanya meminta pengambilan sepucuk
baju putih yang sama sekali tidak mewah. Dalam benaknya, jika Istana memberikan
baju buat pengumuman kabinet pastilah pakaian mewah plus tuksedo lengkap. “Kata
menantu saya, maaf, ini kayak baju dari Tanah Abang pah,” ujarnya terkekeh.
Dan benar saja, pada sore harinya
Yasonna ke Istana tampak semua calon menteri sudah memakai baju warna seragam
seperti dirinya: kemeja putih. Baju yang bahan dasarnya agak kasar itu sengaja
dibagikan oleh Jokowi kepada calon-calon menterinya. Supaya seragam, protokoler
Istana meminta baju itu digulung/dilipat lengannya dan jangan dimasukkan ke
celana.
Yasonna menangkap kesan bahwa
Presiden Jokowi ingin menteri-menterinya bersikap sederhana. Baju yang
katakanlah diobral di Tanah Abang pun jangan sungkan untuk dikenakan. Dan untuk
meyakinkan bahwa setiap menteri siap bekerja, maka bagian tangan digulung dan
bajunya pun tidak dimasukkan ke dalam celana.
Sebagai menteri yang merupakan
pembantu presiden, kini Yasonna siap untuk bekerja keras mengimplementasikan
program-program Jokowi-JK. Tak lupa, dia pun akan menjaga pola hidup sederhana
sebagaimana yang selama ini ditunjukkan Jokowi. Selamat bekerja pak Menteri..
Bapak sekarang tidak bermimpi lagi!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar